Respirasi Tumbuhan

Jumat, 18 Mei 2012

Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. (Lovelles, 1997). Proses respirasi suatu organisme dipengaruhi oleh Substrat, temperatur, umur dan tipe jaringan, oksigen, rangsangan mekanik, dan Luka.      
Kuosien respirasi merupakan angka perbandingan antara volume CO2 yang dibebaskan dengan volume O2 yang diabsorbsi secara simultan oleh jaringan dalam periode waktu, suhu dan tekanan tertentu. Kuosien respirasi memberi petunjuk tentang jenis substrat yang dioksidasikan dan jenis metabolisme yang sedang berlangsung. Nilai KR>1 menunjukkan sel yang kekurangan O2, terjadi respirasi aerob yang dibantu oleh respirasi anaerob untuk menambah energi. Sedangkan nilai KR<1 mengindikasikan bahwa sebagian/seluruh CO2 yang dihasilkan dalam respirasi digunakan langsung oleh organisme tersebut seperti untuk fotosintesis.
          Tumbuhan muda akan memiliki nilai KR yang relatif lebih kecil daripada tumbuhan dewasa), Jenis substrat ( bila karbohidrat yang dipergunakan oleh tanaman sebagai substrat, maka KR=1. Pada jenis asam organik lainnya seperti : Triolein, Tripalmitin serta Asam Oleat rasio, akan menyebabkan rasio antara CO2 dan O2 menurun. Asam-asam lain yaitu Asam Oksalat, Asam Malat, dan Asam Tartat mampu meningkatkan nilai KR>1), Ketersediaan oksigen ( keterbatasan jumlah oksigen akan memicu reaksi anaerob yang membuat nilai KR akan menjadi lebih besar )

Sumber:
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. Jakarta:Gramedia.
Senin, 23 April 2012
Kerugian yang disebabkan oleh hama dan penyakit tanaman diperkirakan mencapai 37% dari total produksi, dan 13% di antaranya karena serangan hama. Teknologi yang sampai saat ini sering digunakan untuk pengendalian hama adalah insektisida. Teknologi ini cukup populer karena efeknya dapat dilihat dalam waktu relatif singkat setelah aplikasi Namun relatif mahal terutama bagi petani di negara sedang berkembang, serta berbahaya bagi manusia, hewan, spesies bukan sasaran, dan lingkungan jika aplikasinya tidak sesuai dengan prosedur. Teknologi lain yang dapat dipakai sebagai komponen pengendalian hama adalah varietas tahan.
Penggunaan varietas tahan untuk pengendalian hama telah menunjukkan keampuhannya, misalnya varietas unggul tahan wereng (VUTW) untuk pengendalian wereng cokelat pada padi. Namun, tidak semua hama mempunyai varietas tahannya, dan jika pun ada, jumlah plasma nutfah yang mengandung gen tahan sangat terbatas. Berkembangnya teknologi rekombinan DNA dan Pemuliaan Tanaman telah membuka peluang untuk merakit tanaman tahan hama melalui rekayasa genetika dan persilangan. Teknologi ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: 1) dapat memperluas pengadaan sumber gen resisten 2) dapat memindahkan gen spesifik ke bagian yang spesifik pula pada tanaman; 3) memungkinkan mengintroduksi beberapa gen tertentu dalam satu event transformasi sehingga dapat memperpendek waktu perakitan tanaman dengan resistensi ganda (multiple resistance); 5) dapat menelusuri dan mempelajari perilaku gen yang diintroduksi dalam lingkungan tertentu, seperti kemampuan gen suatu tanaman untuk pindah ke tanaman lain spesies (outcrossing). Perakitan tanaman transgenic tahan hama merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian besar dalam perbaikan tanaman.
Perakitan tanaman transgenik tahan hama umumnya mempergunakan gen dari Bacillus thuringiensis (Bt). Penanaman tanaman transgenic tahan hama yang mengandung gen Bt dapat mengurangi penggunaan pestisida secara nyata. Di Indonesia, perakitan tanaman transgenic telah dilakukan di berbagai lembaga penelitian. Komoditas yang diteliti dan direkayasa meliputi padi untuk ketahanan terhadap penggerek batang dan wereng cokelat, kedelai untuk ketahanan terhadap penggerek polong, ubi jalar untuk hama boleng, dan kakao untuk ketahanan terhadap penggerek buah kakao
Untuk keperluan ini umumnya akan dicari hama yang tidak mempunyai sumber gen tahan dari spesies tanaman inangnya, misalnya hama penggerek batang padi. Setelah itu ditentukan kandidat gen tahan yang akan dipakai, misalnya Bt-toksin  dapat menghambat pertumbuhan serangga dengan mengganggu proses pencernaannya. Untuk mengetahui insektisida protein yang mempunyai potensi untuk menghambat pertumbuhan hama target dapat dilakukan percobaan in vitro atau in vivo untuk mengetahui pengaruh produk dari suatu gen tahan terhadap enzim-enzim yang terdapat dalam sistem pencernaan suatu jenis serangga. Setelah ditentukan kandidat gen yang akan digunakan dalam proses transformasi, pekerjaan selanjutnya dapat diserahkan ke disiplin ilmu lain seperti kultur jaringan dan biologi molekuler.
Hal ini diperlukan untuk menentukan kemampuan gen yang terekspresi pada tanaman transgenic dalam menahan perkembangan hama . Penelitian dilanjutkan di lapangan untuk mengetahui penampilan tanaman transgenik dan pengaruhnya  terhadap hama target dan nontarget erutama musuh alaminya. Setelah transgen dipastikan terkandung dalam tanaman transgenik, selanjutnya ditentukan apakah transgen tersebut diturunkan pada keturunannya mengikuti rasio Mendelian .
Dalam upaya perbaikan tanaman transgenic perlu dilakukan penyilangan antara tanaman transgenik dan galur elit untuk mendapatkan tanaman transgenik tahan hama yang mempunyai sifat agronomi yang diinginkan pula. Untuk maksud tersebut dapat digunakan teknik molekuler guna menyeleksi keturunan dari tanaman transgenik, seperti seleksi restriction fragment length polymorphism (RFLP), dan random amplified polymorphic DNA-PCR (RAPD-PCR).
Melalui pemuliaan diharapkan dapat diperoleh tanaman transgenik yang mampu bersaing dengan tanaman nontransgenik, antara lain dalam potensi hasil tinggi yang dapat dicapai oleh petani.

Sumber:
Amirhusin, Bahagiawati. 2004. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama. Jurnal Litbang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. 23:(1)

Laporan Fistum euy..

Sabtu, 14 April 2012
            Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. (Lovelles, 1997). Proses respirasi suatu organisme dipengaruhi oleh Substrat, temperatur, umur dan tipe jaringan, oksigen, rangsangan mekanik, dan Luka.      
Kuosien respirasi merupakan angka perbandingan antara volume CO2 yang dibebaskan dengan volume O2 yang diabsorbsi secara simultan oleh jaringan dalam periode waktu, suhu dan tekanan tertentu. Kuosien respirasi memberi petunjuk tentang jenis substrat yang dioksidasikan dan jenis metabolisme yang sedang berlangsung. Nilai KR>1 menunjukkan sel yang kekurangan O2, terjadi respirasi aerob yang dibantu oleh respirasi anaerob untuk menambah energi. Sedangkan nilai KR<1 mengindikasikan bahwa sebagian/seluruh CO2 yang dihasilkan dalam respirasi digunakan langsung oleh organisme tersebut seperti untuk fotosintesis.
          Tumbuhan muda akan memiliki nilai KR yang relatif lebih kecil daripada tumbuhan dewasa), Jenis substrat ( bila karbohidrat yang dipergunakan oleh tanaman sebagai substrat, maka KR=1. Pada jenis asam organik lainnya seperti : Triolein, Tripalmitin serta Asam Oleat rasio, akan menyebabkan rasio antara CO2 dan O2 menurun. Asam-asam lain yaitu Asam Oksalat, Asam Malat, dan Asam Tartat mampu meningkatkan nilai KR>1), Ketersediaan oksigen ( keterbatasan jumlah oksigen akan memicu reaksi anaerob yang membuat nilai KR akan menjadi lebih besar )

Sumber.
Anonim. 2008. Respirasi. [terhubung berkala]. http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/respirasi-pada-tumbuhan
Anonim. 2011. Faktor Respirasi. [terhubung berkala]. http://zonabawah.blogspot.com/2011/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_5880.html.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. Jakarta:Gramedia.

Kering Alur Sadap (KAS)

Jumat, 13 April 2012
Kering Alur Sadap merupakan penyakit fisiologis yang relatif terselubung, karena secara
morfologis tanaman tampak sehat, malah seringkali menampakkan pertumbuhan tajuk yang lebih baik dibandingkan tanaman normal, tetapi kulit tidak mengeluarkan lateks bila disadap. Gejala awal sebagian alur sadap kering, kemudian lebih lanjut terlihat kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas. Secara normal tanaman karet yang produktif melakukan regenerasi lateks tergantung dari lamanya lateks mengalir pada setiap kali penyadapan.
Penyadapan yang berlebihan sebelum regenerasi lateks dan pemberian stimulan yang berlebihan hanya mengeluarkan/membuang lebih banyak serum sehingga secara fisiologis tidak terjadi keseimbangan yang mengakibatkan sel-sel pembuluh lateks mengalami keletihan. Oleh karena ketidakseimbangan fisiologis ini menyebabkan terjadinya kerusakan inti sel yang menyebabkan terjadinya koagulasi di dalma sel pembuluh lateks sehingga daerah aliran lateks mnejadi kering karena tertutupnya jaringan pembuluh lateks.
Penyebab utama terjadinya kering alur sadap adalah tidak seimbangnya antara lateks yang dieksploitasi dengan lateks yang terbentuk kembali. Intensitas kering alur sadap dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis klon, sistem penyadapan, pemeliharaan tanaman dan umur tanaman. Kering alur sadap tidak menular dari satu tanaman ke tanaman lainnya tetapi secara berlahan menyebar antara panel ke panel sesuai dengan arah sadapan dan alur pembuluh lateks.
Gejala Serangan
Ø  Tanaman tampak sehat dan pertumbuhan tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal.
Ø  Tidak keluar latek di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian.
Ø  keseluruhan alur sadap ini kering dan tidak me-ngeluarkan lateks.
Ø  Lateks menjadi encer dan Kadar Karet Kering (K3) berkurang.
Ø  Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya.
Ø  Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat dan kadang-kadang terbentuk gum (blendok).
Ø  Pada gejala lanjut seluruh panel / kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas.
Ø  Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah, apabila tidak keluar cairan latek berari sudah terserang KAS

Penyakit Mouldy Rot pada Karet

      Penyebabnya adalah cendawan Ceratocystis fimbriata. Jamur ini memiliki benang-benang hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu pada bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan oleh bagian tanaman yang sakit dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering.
Penyakit mouldy rot mengakibatkan luka-luka pada bidang sadap, sehingga pemulihan kulit terganggu. Akibatnya bekas bidang sadap menjadi bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya. Adakalanya bidang sadap akan rusak sama sekali sehingga tidak mungkin disadap lagi.
Serangan mouldy rot biasanya timbul pada musim hujan dan banyak dijumpai didaerah-daerah yang lembab, beriklim basah, serta pada tanaman yang disadap dekat permukaan tanah. Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin, dapat mencapai jarak yang jauh. Selain itu penularannya bisa terjadi melalui pisau sadap yang dipakai menyadap pohon yang sakit.
Gejala Serangan 
·         Mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap didekat alur sadap. Selaput ini berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap.
·         Apabila lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman.
·         Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu.
·         Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecokelatan sehingga sangat mengganggu pemulihan kulit.
·         Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di sadap.
Pengendalian
Ø  Di daerah yang beriklim basah atau rawan penyakit ini dianjurkan menanam klon resisten yang telah direkomendasikan.
Ø  Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan.
Ø  Menurunkan intensitas penyadapan atau menghentikan penyadapan pada serangan berat.
Ø  Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih.
Ø  Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm di atas irisanv sadap sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepas. Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat.

Bercak daun yang disebabkan oleh Helminthosporium sp.

Kamis, 05 April 2012
Bercak daun yang disebabkan oleh Helminthosporium sp.   
Gejala serangan tampak dari bercak-bercak kecil yang berwarna kuning transparan dan semakin meluas. Bercak yang sudah terserang pada stadium lanjut akan berwarna kehitaman dan berbentuk bulat atau lonjong. Pada kondisi serangan berat, bercak bersatu dan bentuknya tidak beraturan. Penularan penyakit iini melalui spora yang dapat menyebar melalui angin dan tanah, umumnya menyerang bibit yang baru dipindah tanamkan (umur 4 bulan). Penyakit bercak daun ini sebenarnya tidak merugikan, tetapi  juga dapat menyebabkan kematian bibit, terutama pada musim kemarau, dmana tanaman kekurangan air dan menjadi rentan serangan pathogen.

dari berbagai sumber.

Intensitas Penyakit

Senin, 26 Maret 2012
Besarnya penyakit sering dikemukakan dengan istilah serangan ringan, sedang, berat dan sangat berat. Ini merupakan pernyataan kualitatif dan bersifat subjektif. Untuk itu diperlukan data yang bersifat kuantitatif tentang intensitas penyakit yang diperlukan dalam berbagai kepentingan, terutama digunakan untuk kepentingan pengelolaan ataupun pengendalian penyakit tanaman.
Menurut James (1974 dalam Zadoks dan Schein, 1979) intensitas penyakit dapat dinyatakan dalam istilah Keterjadian Penyakit dan Keparahan Penyakit. I nsidensipenyakit (kejadian penyakit)  digunakan untuk menunjukkan perbandingan tanaman atau bagian tanaman yang terserang penyakit dengan total populasi (N). Keparahan penyakit (sereviatas penyakit) adalah bagian dari jaringan tanaman yang menunjukkan efek penyakit.
Intensitas penyakit tanaman perlu diketahui untuk memudahkan kita dalam memberi penanganan terhadap tanaman yang terserang penyakit dengan tepat. Dengan mengetahui waktu terjadi dan keparahan penyakit, kita akan mampu mengetahui dampak ekonomi dan lingkungan yang disebabkan oleh penyakit tersebut. 

persahabatan tipe 2

Minggu, 11 Maret 2012
missing line

persahabatan

missing.......
Sabtu, 03 Maret 2012

Praktikum
Pengantar Ilmu Tanah

Nama Asisten  1. Ridho Bilhaq      (A14070084)
                      2. Heni Hariyani     (A14080008)





Amalia Rosida
A24100102


logo ipb.jpg
 


                                                     


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

mikroskop

Sabtu, 25 Februari 2012
Mikroskop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000 kali. Mikroskop memeiliki kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop.Lensa okuler pada mikroskop bias membentuk bayangan tunggal (monokuler) atau ganda (binikuler). Paada ujung bawah mikroskop terdapat dudukan lensa obektif yang bias dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa mikroskop yang lain.

hidroponik

HIDROPONIK
A. Pengenalan Hidroponik

 istilah hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu hidro yang berarti air dan ponos berarti kerja.
 Hidroponik digunakan untuk menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman.
 Dilontarkan pertama kali oleh W.A. Setchell dari University of California, sehubungan dengan keberhasilan W.F. Gericke dari university yang sama, dalam pengembangan teknik bercocok tanam dengan air sebagai medium tanam.


B. Macam-macam Hidroponik
Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Kultur Air.
Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh bangsa Aztec. Dalam metode ini tanaman ditumbuhkan pada media tertentu yang di bagian dasar terdapat larutan yang mengandung hara makro dan mikro, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi tersebut.
b. Kultur Agregat.
Media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam padi (kuntan), dan lain-lain yang harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemberian hara dengan cara mengairi media tanam atau dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki atau drum, lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik.
c. Nutrient Film Technique.
Pada cara ini tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari lempengan logam tipis tahan karat. Di dalam saluran tersebut dialiri air yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut.

C. Faktor-faktor Penting dalam Budidaya Hidroponik
a. Unsur Hara.
Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan.Hara tersedia bagi tanaman pada pH 5.5 – 7.5 tetapi yang terbaik adalah 6.5, karena pada kondisi ini unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl.
Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis tanaman (Jones, 1991).Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garam-garam pupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara, pemilihannya biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut.
b. Media Tanam Hidroponik.
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik antara lain pasir, kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan sebagainya. Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan media.
Tingkat suhu, aerasi dan kelembaban media akan berlainan antara media yang satu dengan media yang lain, sesuai dengan bahan yang digunakan sebagai media. Arang sekam (kuntan) adalah sekam bakar yang berwarna hitam yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, dan telah banyak digunakan sabagai media tanam secara komersial pada sistem hidroponik.
Komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 yaitu 52% dan C sebanyak 31%. Komponen lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dalam jumlah relatif kecil serta bahan organik. Karakteristik lain adalah sangat ringan, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi karena banyak pori, kapasitas menahan air yang tinggi, warnanya yang hitam dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif, pH tinggi (8.5 – 9.0), serta dapat menghilangkan pengaruh penyakit khususnya bakteri dan gulma.
c. Oksigen.
Keberadaan Oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya oksigen menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dinding sel makin sukar untuk ditembus, Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang tergenang. Tingkat oksigen di dalam pori-pori media mempengaruhi perkembangan rambut akar.
Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: memberikan gelembung-gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian larutan hara yang berulang-ulang, mencuci atau mengabuti akar yang terekspose dalam larutan hara dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman untuk kultur agregat.
d. Air.
Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2500 ppm, atau mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm serta tidak mengandung logam-logam berat dalam jumlah besar karena dapat meracuni tanaman.
D. Keuntungan dan Kendala Hidroponik
Beberapa kelebihan bertanam secara hidroponik adalah produksi tanaman persatuan luas lebih banyak, tanaman tumbuh lebih cepat, pemakaian pupuk lebih hemat, pemakaian air lebih efisien, tenaga kerja yng diperlukan lebih sedikit, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, masalah hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi serta dapat menanam tanaman di lokasi yang tidak mungkin/sulit ditanami seperti di lingkungan tanah yang miskin hara dan berbatu atau di garasi (dalam ruangan lain) dengan tambahan lampu. Sedangkan kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia serta investasi awal yang mahal.


E. Teknik Budidaya Hidroponik
1. Media.
Media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5 -6.5. Selain itu media harus porous dan dapat mempertahankan kelembaban. Media yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman :
a. Media untuk persemaian atau pembibitan. Untuk persemaian dapat digunkan media berupa pasir halus, arang sekam atau rockwool. Pasir halus sering digunakan karena mudah diperoleh dan harganya murah, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat nutrisi di dalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang sekam dan serbuk gergaji atau serbuk sabut kelapa.
b. Media untuk tanaman dewasa. Media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu pasir agak kasar, arang sekam, rockwool dan lain-lain. Media yang ideal adalah arang sekam. Keuntungannya adalah kebersihan dan sterilitas media lebih terjamin bebas dari kotoran maupun organisme yang dapat mengganggu seperti cacing, kutu dan sebagainya yang dapt hidup dalam pasir. Media arang sekam bersifat lebih ringan namun lebih mudah hancur, penggunaannya hanya dapat untuk dua kali pemakaian. Arang sekam dapat dibeli di toko-toko pertanian atau membuat sendiri.
2. Benih.
Pemilihan benih sangat penting karena produktivitas tanaman teranganutng dari keunggulan benih yang dipilih. Periksa label kemasan benih, yaitu tanggal kadaluarsa, persentase tumbuh dan kemurnian benih. Pemilihan komoditas yang akan ditanam diperhitungkan masak-masak mengenai harga dan pemasarannya. Contoh sayuran eksklusif yang mempunyai nilai jual di atas rat-rata adalah tomat Recento, ketimun Jepang, Melon, parika, selada, kailan, melon dan lain-lain.

3. Peralatan Budidaya Hidroponik.
a. Wadah semai, bisa menggunakan pot plastik, polybag kecil, bak plastik, nampan semai, atau kotak kayu (Wadah tanaman dewasa, umumnya digunakan polybag berukuran 30-40 cm dengan lobang secukupnya untuk mengalirkan kelebihan air saat penyiraman).
b. Kertas tissu/koran basah untuk menjaga kelembaban.
c. Ayakan pasir untuk mengayak media semai.
d. Handsprayer untuk penyiraman.
e. Centong pengaduk media, pinset untuk mengambil bibit dari wadah semai.
f. Polybag ukuran 5 kg untuk penanaman transplant, benang rami (seperti yang sering digunakan tukang bangunan) untuk mengikat tanaman, dan ember penyiram.


4. Pelaksanaan.
a. Persiapan media semai. Sebelum melakukan persemaian, sempuran media semai diaduk dahulu secara merata.
b. Persemaian tanaman.
 Persemaian benih besar.
Untuk benih yang berukuran besar seperti benih melon dan ketimun, sebaiknya dilakukan perendaman di dala air hangat kuku selama 2-3 jam dan langsung ditanamkan dalam wadah semai yang berisi media dan telah disiram dengan air. Benih diletakkan dengan pinset secara horisontal 4-5 mm dibawah permukaan media. Transplanting bibit dari wadah semai ke wadah yang lebih besar dapat dilakukan ketika tinggi bibit sekitar 12-15 cm (28-30 hari setelah semai).
 Persemaian benih kecil.
Untuk benih berukuran kecil seperti tomat, cabai, terong dan sebagainya cara persemaiannya berbeda dengan benih besar. Pertama siapkan wadah semai dengan media setebal 5-7 cm. Di tempat terpisah tuangkan benih yang dicampurkan dengan pasir kering steril secukupnya dan diaduk merata. Benih yang telah tercampur dengan pasir ditebarkan di atas permukaan media semai secara merata, kemudian ditutup dengan media semai tipis-tipis (3-5 mm). Setelah itu permukaan wadah semai ditutup dengan kertas tisu yang telah dibasahi dengan handsprayer kemudian simpan di tempat gelap dan aman.Wadah semai sebaiknya dikenakan sinar matahari tip pagi selama 1-2 jam agar perkecambahan tumbuh dengan baik dan sehat. Setelah benih mulai berkecambah, kertas tisu dibuang. Setelah bibit mencapai tinggi 2-3 cm dipindahkan ke dalam pot/polybag pembibitan.
c. Perlakuan semai.
Bibit kecil yang telah berkecambah di dalam wadah semai perlu disirami dengan air biasa. Penyiraman jangan berlebih, karena dapat menyebabkan serangan penyakit busuk.
d. Pembibitan.
Setalah bibit berumur 15-17 hari (bibit yang berasal dari benih kecil) perlu dipindahkan dari wadah semai ke pot/polybag pembibitan agar dapat tumbuh dengan baik. Caranya adalah dengan mencabut kecambah di wadah semai (umur 3-4 minggu setelah semai) secara hati-hati dengan tangan agar akar tidak rusak kemudian tanam pada lubang tanam yang telah dibuat pada pot/polybag pembibitan.
e. Transplanting/pindah tanam.
Sebelum dilakukan pindah tanam, perlu dilakukan persiapan media tanam, yaitu dengan mengisikan media tanam ke polybag. Sebaiknya pengisian dilakukan di dekat lokasi penanaman di dalam green house agar sterilitas media tetap terjaga. Setelah wadah tanam siap dan dibuatkan lubang tanam, maka transplanting siap dilakukan. Transplanting dilakukan dengan membalikkan pot pembibitan secara perlahan-lahan dan menahan permukaannya dengan jemari tangan (bibit dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah). Jika pada pembibitan digunakan polybag, maka cara transplanting bisa dilakukan dengan memotong/menggunting dasar polybag secara horisontal.

f. Penyiraman.
Penyiraman dilakukan secara kontinu, dengan indikator apabila media tumbuh dipegang dengan tangan terasa kering. Meida tanam hidroponik bersifat kering sehingga penyiraman tanaman jangan sampai terlambat. Jenis dan cara penyiraman adalah sebagai berikut:
 Penyiraman manual. Penyiraman dilakukan dengan handsprayer, gembor/emprat atau gayung. Cara penyiramannya adalah sebagai berikut :
1) Pada masa persemaian. Cara penyiraman untuk benih berukuran kecil cukup dengan handsprayer 4-5 kali sehari untuk menjaga kelembaban media. Untuk benih berukuran besar digunakan gembor/emprat berlubang halus atau tree sprayer.
2) Pada masa pembibitan. Penyiraman dilakukan dengan gembor dilakukan sebanyak 5-6 kali sehari dan ditambahkan larutan encer hara.
3) Pada masa pertumbuhan dan produksi. Penyiraman dilakukan dengan memeberikan 1.5-2.5 l larutan encer hara setiap harinya.

 Penyiraman otomatis. Penyiraman dapat dilakukan dengan Sprinkle Irrigation System dan Drip Irrigation System, yaitu sistem penyiraman semprot dan tetes . Sumber tenaga berasal dari pompa.

g. Perawatan Tanaman.
Perawatan tanaman yang perlu dilakukan antara lain adalah :
1. Pemangkasan. Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki, tunas air, atau cabang yang terkena serangan penyakit. Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Misal pada tomat recento hanya dipelihara satu batang utama untuk produksi.
2. Pengikatan. Tanaman yang telah berada di wadah tanam selama 7 hari memerlukan penopang agar dapat berdiri tegak sehingga tanaman dapat tumbuh rapi dan teratur. Penopang tersebut diberikan dengan cara mengikat tanaman dengan tali (benang rami).
3. Penjarangan bunga (pada sayuran buah). Penjarangan bunga perlu dilakukan agar pertumbuhan buah sama besar. Namun hasil penelitian penjarangan bunga pada ketimun Gherkin tidak menunjukkan hasil yang berbeda dengan perlakuan tanpa penjarangan bunga.
4. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan pestisida.

h. Panen dan Pasca panen.
1. Pemanenan. Dalam pemanenan perlu diperhatikan cara pengambilan buah/ hasil panen agar diperoleh mutu yang baik, misalnya dengan menggunakan alat bantu pisau atau gunting panen. Cara panen yang benar dan hati-hati akan mencegah kerusakan tanaman yang dapat mengganggu produksi berikutnya. Kriteria panen masing-masing jenis sayuran berlainan satu sama lainnya dan tergantung dari pasar. Makin besar buah belum tentu makin mahal/laku, malah termasuk kriteria buah afkir sehingga waktu panen yang tepat dan pengawasan pada proses produksi perlu diperhatikan.
2. Penanganan pasca panen. Pemasaran produk hasil budidaya hidroponik sangat dipengaruhi oleh perlakuan pasca panen. Standar harga penjualan produksi tergantung dari menarik atau tidaknya produk yang dihasilkan, terutama dilihat dari penampilan produk (bentuk, warna, dan ukuran). Perlakuan pasca panen sangat penting karena kualitas produk tidak semata-mata dari hasil produksi saja, melainkan sangat tegantung dan ditentukan oleh penanganan pasca panen, kemasan, sistem penyusunan, metode pengangkutam maupun selektivitas produk. Kerusakan produk dapat dikurangai dengan penanganan pasca panen yang tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah pada produk yang dijual.



dreamy..

Selasa, 14 Februari 2012
Aku tak pernah tau apa yang sebenarnya aku inginkan.
Segalanya seperti angin yang begitu cepat berlalu.
Berlalu, hilang tanpa bisa ku lihat lagi.
Aku pernah bemimpi. Tentang rasa yang ingin ku miliki.
Bermimpi tentang scenario dalam coretanku beberapa tahun lalu.
Menggenggam es krim dan berjalan di anjungan salah satu pantai ramai di kotaku.
Lalu angin itu akan datang perlahan, memanjakan rambutku dan es ku meleleh, lalu aku akan segera menjilatnya perlahan.
Kau tau apa yang ku maksud?
It so dreamy.

apapuun

Selasa, 07 Februari 2012
ini contoh